Penting Meningkatkan Semangat Pantang Menyerah Pada Anak


Menumbuhkan semangat pantang menyerah adalah salah satu tanggung jawab terpenting orang tua. Mengapa? Hal ini berkaitan dengan motif anak untuk berprestasi di masa depan. Bukti lapangan dan ilmiah menunjukkan bahwa kinerja seseorang lebih ditentukan oleh keterampilan mental, seperti pikiran yang pantang menyerah ini, daripada keterampilan kejuruan, seperti penguasaan komputer atau ilmu teknis lainnya.

Anak Mengikuti Apa Yang Orang Tua Lakukan

Jika melihat sifat-sifat yang terdapat pada orang dewasa, baik itu sifat yang positif maupun negatif, selalu ada sifat menjadi sifat bawaan dan sifat pengkondisian dari pendidikan dan lingkungan. Hampir semua sifat bawaan anak dapat dikatakan hasil dari pengasuhan orang tua ketika masih kecil (Golden Age).

Artinya orang tua yang melihat pentingnya meningkatkan semangat pantang menyerah dari awal akan menjadi kualitas bawaan yang akan sulit diubah atau akan muncul secara alami pada diri anak saat beranjak dewasa. Kapan ini mulai menjadi penting? Menanamkan motif positif yang bisa kita lakukan sejak usia balita. Tentunya dengan cara, dengan media, dan dalam bentuk yang dapat diterima oleh anak-anak.

Ketika anak-anak mulai memahami apa yang kita katakan, kita dapat menggunakan cerita, dongeng, atau pertunjukan yang materinya telah kita pilih berdasarkan tujuannya. Jika kita tidak punya waktu untuk membagikannya, kita bisa meminta bantuan.

Namun sebesar apapun bantuan orang lain, kehadiran kita dalam jiwa anak tetap diperlukan, misalnya dengan mendongeng sebelum tidur. “Orang tua adalah guru terbaik pertama yang ditemui anak-anak di dunia.” Hal penting lainnya adalah memberikan kesempatan atau ruang untuk mengembangkan kreativitas agar anak tidak merasa dikekang. Tergantung pada situasinya, kami dapat memilih fasilitas ini. Yang terpenting, harus sensorik dan menyenangkan, misalnya merobek kertas anak-anak, menata ulang mainan atau apa pun. Saran ahli, tunjukkan sebanyak mungkin objek yang kontras, seperti warna ruangan, mainan atau bentuk lainnya. Dengan menawarkan kesempatan, anak-anak belajar dari diri mereka sendiri dalam segala hal yang mereka lakukan.

Yang terakhir adalah untuk meningkatkan dorongan daripada keterbatasan, terutama keterbatasan mental, misalnya kata-kata “Tidak”, “Tidak mau”, “Tidak juga”, dan sebagainya terlalu umum. Melawan pilihan anak bisa menjadi penghalang yang membuatnya takut atau minder untuk mencoba sesuatu. Bahkan jika karena alasan tertentu kita harus melarangnya, kita harus mengganti bahasanya dengan dorongan sebanyak mungkin. Mungkin berguna.