Awalnya saya cukup meragukan prospek saham batu bara. Mengingat kabarnya akan segera digantikan sumber energi yang lebih ramah lingkungan dan kekhawatiran akan cadangannya yang pasti makin hari makin menipis.
Hal tersebut membuat saya investasi pada saham batu bara hanya ketika harganya tengah di bawah. Dan saya seringkali terlalu cepat taking profit.
Namun setelah saya baca paper berikut yang membahas cadangan batu bara Indonesia dan prediksi kedepannya, saya menjadi semakin yakin dengan saham batu bara. Berikut pembahasannya:
1. Cadangan Batu Bara Indonesia Cukup Banyak
Berdasarkan paper tersebut, hingga tahun 2016 total cadangan batu bara di Indonesia sekitar 31 miliar ton. Sekitar 58% berada di Kalimantan dan sisanya di Sumatra. Itu jumlah yang sangat banyak.
Sebagai perbandingan, produksi batu bara Indonesia sekitar 500-600 juta ton per tahunnya. Jadi, apabila kita gunakan asumsi 600 juta ton per tahun, maka cadangan batu bara Indonesia bisa untuk sekitar 50 tahun.
Diperkirakan puncak produksi terjadi di tahun 2026 dan selanjutnya akan terus menurun.
2. Harga Batubara yang Meningkat
Permintaan akan batu bara akan tetap tinggi. Meskipun tengah ada upaya meningkatkan penggunaan sumber energi yang terbarukan, batu bara masih dibutuhkan terutama di negara berkembang mengingat energi yang dihasilkan tergolong murah.
Perang antar dua negara di Eropa Timur yang berdampak pada terganggunya pasokan gas membuktikan bahwa negara maju pun masih belum bisa sepenuhnya lepas dari batu bara.
Harga batu bara meningkat jauh melampaui ekspektasi dalam paper yakni mencapai USD 100,6 per ton di 2030 sementara saat ini harganya sudah tembus USD 300 per ton.
3. Ekspansi Emiten Batu Bara Indonesia
Kabar Adaro mengakuisisi perusahaan batu bara di Australia memberikan harapan bahwa perusahaan batu bara di Indonesia bisa tetap berkelanjutan dengan melakukan ekspansi. Baik itu mengakuisisi tambang batu bara lain atau mencari sumber pendapatan lain.
4. Permasalahan Lingkungan
Mengenai tanggung jawab moral kita seputar lingkungan, saya rasa tidak ada dampak signifikan jika kita melakukan divestasi (menjual) saham batu bara. Meskipun semua investor menjual saham batu bara dan tidak membeli sahamnya, perusahaan tersebut tetap akan berjalan.
Karena jika kita menjual saham, bukan berarti kita mengambil uang perusahaan, melainkan mengambil uang dari investor lain yang membeli saham tersebut. Begitu juga ketika kita membeli saham, bukan berarti kita memberikan uang ke perusahaan, kecuali jika kita beli saat IPO atau right issue. Jika semua jual, maka harus ada yang membeli. Jika tidak ada yang beli, harga sahamnya akan anjlok dan membuatnya menjadi sangat murah dan menarik bagi investor lain.