Setelah Seminggu Bungkam, Akhirnya Bukayo Saka Angkat Bicara Usai Kegagalan di Final Euro 2020

Bukayo Saka akhirnya buka suara mengenai kegagalan yang diraih Timnas Inggris dan menghilangnya sosok pemain muda tersebut, diketahui Inggris gagal menjuarai Piala Eropa tersebut atas kemenangan Italia dengan skor 1-1 selama waktu 120 menit hingga membawa mereka ke babak adu pinalti. Diketahui 3 eksekutor Timnas Inggris gagal dalam menjalankan tugasnya yang salah satunya merupakan Saka, ia sendiri menjadi eksekutor ke-5 setelah Marcus Rashford dan Jadon Sancho yang juga gagal dalam mencetak gol lewat adu pinalti.

Hal ini tentu membuat para pendukung Timnas Inggris merasa kecewa dan sangat marah terhadap 3 eksekutor tersebut, karena untuk pertama kalinya Inggris bisa masuk kedalam babak Final Piala Euro namun harus gagal membawa trofi kemenangan. Paska kejadian tersebut 3 penendang pinalti yang gagal habis diserang oleh para fans Inggris, hal ini lah yang membuat Bukayo Saka menghilang selama hampir sepekan sejak kekalahan yang dialami Timnas Inggris tersebut.

Menghindari Sosial Media dan Menjaga Jarak

Selama menghilangnya sosok pemain muda yang dimiliki Timnas Inggris tersebut para fans terus terusan menyerang mereka, bahkan hingga membawa kata-kata rasisme yang membuat sosok pemain muda Saka lebih memilih bungkam dan merenungkan kesalahannya tersebut. Saka sendiri mengaku sudah menghindari sosial media demi merenungi apa yang telah terjadi dan ia mengaku membutuhkan waktu, dan akhirnya Saka buka suara mengenai hal tersebut dan ia mengaku sangat kecewa dan sangat sedih atas apa yang sudah terjadi.

Tidak ada kata yang bisa saya ucapkan lagi selain menjelaskan betapa saya kecewa dengan hasil akhir tendangan pinalti tersebut

Saya benar-benar meminta maaf kepada semua pendukung karena tidak bisa membawa trofi tersebut, namun saya berjanji kepada semuanya akan memberi segalanya yang saya miliki dan memastikan generasi ini bisa merasakan menjadi juara.

Pernyataan Janji Dari Seorang Bukayo Saka

Kegagalan dan cacian yang diterima oleh Saka diakui sangat menyakitkan dan menyedihkan teruntuk dia sendiri maupun keluarga, namun ia memastikan bahwa hal tersebut tidak akan membuatnya jatuh dan akan terus berkembang demi bisa membayar semua kesalahannya.

Ekpresi dan pikiran saya usai laga tersebut berakhir sudah cukup menjawab bagaimana perasaan saya saat itu, tentu saya sangat kecewa dan sedih atas hasil yang telah kami peroleh tersebut

Namun saya ucapkan dan tegaskan bahwa hal tersebut seperti cacian dan hal negative lainnya tidak akan membuat saya terpuruk, hal itu akan saya jadikan motivasi untuk membayar kesalahan yang telah saya perbuat” Ujar saka.

Dan teruntuk para fans yang telah menyemangati saya dan keluarga melalui pesan pesan yang sangat menyentuh hati, saya sangat ucapakan banyak terima kasih untuk kalian semua,” tambah Saka.

EURO 2020 – Mantan Gelandang Skotlandia Semprot UEFA Karena Inggris Dapat Keuntungan Bermain di Kandang

Saat ini pertandingan EURO 2020 sudah memasuki babak semifinal yang terdiri dari timnas Italia, Spanyol, Inggris, dan Denmark. Pada hari Selasa tanggal 6 Juli 2021 tepatnya pukul 02:00 WIB akan dilaksanakan pertandingan antara Italia melawan Spanyol. Sementara Inggris melawan Denmark di esok harinya pada tanggal 7 Juli 2021 di jam yang sama, kedua pertandingan tersebut akan dilaksanakan di kandang timnas Inggris yaitu Stadion Wembley, London, Inggris.

Penunjukan Stadion Wembley merupakan salah satu lokasi yang menguntungkan bagi pihak timnas Inggris, karena sebelum memasuki babak semifinal ini timnas Inggris sudah terlebih dahulu merasakan bermain di kandang sembanyak 4 kali. 3 pertandingan diantaranya adalah pertandingan pada babak penyisihan Group D, dan 1 pertandingan pada babak 16 besar saat melawan Jerman. Namun jika Timnas Inggris berhasil menekuk mundur timnas Denmark maka The Three Lions ini akan kembali bermain di Stadion Wembley, tepatnya pada Final nanti Inggris akan melawan dengan tanpa ragu karena bermain di kandang sendiri dan hal ini lah yang membuat mantan gelandang skotlandia geram.

Craig Burley adalah mantan gelandang timnas Skotlandia yang memprotes dan bersikeras bahwa UEFA tidak memberikan keadilan dalam mengatur format turnamen, karena format yang dibuat UEFA hanya menguntungkan 1 team daripada team yang lainnya. Menurut Burley hal ini tentu sangat tidak adil karena seperti yang kita ketahui bahwa Inggris bisa menikmati bermain di kandang sendiri sebanyak 6 dari 7 pertandingan, hal ini tentu sangat tidak menguntungkan untuk timnas lainnya seperti contoh timnas Belgia, begitu yang di ungkapkan oleh Burley. “Saya tidak memiliki masalah dengan Inggris, saya juga pernah bermain di Wembley karena mereka menjadi tuan rumah seluruh turnamen”, ucap Burley.

Saat ini menurut Craig Burley UEFA tidak berperan maksimal dalam menghadirkan format turnamen yang sama rata dan tidak ada menguntungkan atau merugikan team manapun, seharusnya hal ini bisa dihadirkan karena ini merupakan turnamen dimana seluruh team bertanding dan tidak boleh ada keuntungan yang dapat diraih oleh timnas manapun.